EVALUATION
LEARNING PROCESS AND ACHIEVEMENT
“Konsep
Tes, Pengukuran, Penilaian, Evaluasi Dan Assesmen”

Oleh:
Gusliani (RSA1C414016)
Dosen Pengampu:
Dr. Dra. Asni Johari, M.Si
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN
ILMU
PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JAMBI
2017
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “Konsep
Dasar, Tes, Pengukuran, Penilaian, Evaluasi dan Assesmen”
ini dengan sebaik-baiknya, dalam makalah
ini
penulis akan membahas bagaimana
konsep dasar Tes, Pengukuran, Penilaian, Evaluasi dan Assesmen yang
memiliki karakteristik yang berbeda namun saling berkaitan.
Makalah ini di buat untuk memberikan
wawasan kepada pembaca mengenai bagaimana
konsep Tes, Pengukuran, Penilaian, Evaluasi dan Assesmen, mulai dari definisi dari tiap istilah, adanya beberapa
perbedaan dari masing-masing istilah berdasarkan karakteristik nya serta adanya
keterkaitan antara tes, pengukuran, penilaian, evaluasi dan juga assesmen dalam
menunjang penilaian hasil belajar peserta didik.
Penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
beberapa pihak, sehingga tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. dosen pembimbing Ibu Dr. Dra. Asni Johari, M.Si yang
telah membimbing penulis dalam penulisan
makalah
ini.
2. orang tua
yang telah memberikan dukungan baik secara formil maupun materil.
3. Pihak-pihak tertentu baik secara langsung
maupun tidak langsung yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis sudah
berusaha semaksimal mungkin untuk menulis makalah ini, namun penulis menyadari
dalam penulisan makalah
ini masih ada kekurangan.
Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca sehingga dapat menulis
makalah yang
lebih baik lagi.
Terimakasih atas
perhatian pembaca.
Jambi, Agustus
2016
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1.PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang Penulisan Makalah
1
1.2 Rumusan Masalah
2
1.3
Tujuan Penulisan
2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Konsep Tes, Pengukuran, Penilaian, Evaluasi, Assesmen
3
2.2
Perbedaan antara Tes, Pengukuran, Penilaian, Evaluasi, Assesmen
12
2.2
Keterkaitan Tes, Pengukuran, Penilaian, Evaluasi, Assesmen
13
BAB 3 KESIMPULAN
15
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Dunia pendidikan sering sekali digunakan istilah
pengukuran, penilaian, evaluasi, dan assesmen untuk mengetahui hasil
pembelajaran.banayak yanag menganggap pengukuran, penilaian ,evaluasi dan
asesmen merupakan hal yang sama atau hanya sinonim atau sama yang lainnya.namun
dalam kenytaanya pengukuran,penilaian ,evaluasi dan asesmen memiliki konsep
yang berbeda dan masing-masing memiliki karakteristik
tersendiri.walaupun,pengukuran,penilaian ,evaluasi dan asesmen memiliki konsep
dan karakteristik yang berbeda, namun keempatnya saling berhubungan dalam
proses penentuan hasil pembelajaran.
Tes,
Pengukuran, Evaluasi, penialaian dan assesment merupakan istilah yang berbeda
namun saling berhubungan. Banyak orang tidak mengetahui secara jelas perbedaan
dan hubungan di antara ketiganya, sehingga istilah tersebut sering tidak tepat
penggunaannya. Pengukuran, penilaian, assesment,
evaluasi, dan tes merupakan istilah-istilah yang bersifat hierarki. Evaluasi
didahului dengan penilaian (assesment), sedangkan penilaian didahului oleh
pengukuran. Dengan demikian, antara pengukuran, penilaian, assesment, evaluasi,
dan tes saling berkaitan erat satu dengan lainnya
Oleh karena
itu, penulis menuangkan beberapa konsep dasar dari tes, pengukuran, penilaian,
evaluasi dan assesmen untuk memperluas wawasan serta pengetahuan mengenai
definisi dari masing-masing istilah yang memiliki kriteria, karakteristik yang
berbeda namun akan saling memiliki keterkaitan dan akan memberikan manfaat dari
berbagai pihak mulai dari peserta didik, guru serta pihak sekolah yang memiliki
prioritas utama dalam memberikan hasil penialaian yang baik pada peserta didik
serta menunjang keberhasilan dalam dunia pendidikan.
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana konsep dari
tes, pengukuran, penilaian, evaluasi dan assesmen?
2.
Apa perbedaan antara
tes, pengukuran, penilaian, evaluasi dan assesmen?
3.
Bagaimana keterkaitan
antara tes, pengukuran, penilaian, evaluasi dan assesmen?
1.3 Tujuan
Penulisan
1.
Memahami Konsep dari
tes, pengukuran, penilaian, evaluasi dan assesmen
2.
Memahami perbedaan
antara tes, pengukuran, penilaian, evaluasi dan assesmen
3.
Menjelaskan bagaimana
keterkaitan antara tes, pengukuran, penilaian, evaluasi dan assesmen
BAB II
ISI
2.1 Konsep Tes,
Pengukuran, Penilaian, Evaluasi, Assesmen
1.
Tes
Instrumen
atau alat yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang individu atau
objek. Sebagai alat pengumpul informasi atau data, tes harus dirancang secara
khusus. Kekhususan tes terlihat dari bentuk soal tes yang digunakan, jenis
pertanyaan, rumusan pertanyaan yang diberikan, dan pola jawabannya harus
dirancang menurut kriteia yang telah ditetapkan. Demikian juga waktu yang
disediakan untuk menjawab pertanyaan serta pengadministrasian tes juga dirancang
secara khusus. Selain itu aspek yang diteskanpun terbatas. Biasanya meliputi
ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Kekhususan-kekhususan tersebut berbeda
antara satu tes dengan tes yang lain. Tes ini dapat berupa pertanyaan tertulis,
wawancara, pengamatan tenta
ng unjuk kerja fisik, checklist, dan
lain-lain.
Menurut Djemari (2008:67) menyatakan bahwa tes
merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang secara
tidak langsung, yaitu melalui respons seseorang terhadap stimulus atau
pertanyaan.
Menurut Webster’s Collegiate, tes adalah serangkaian
pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur
keterampilan, pengetahuan, intelegensia, kemampuan atau bakat yang dimiliki
oleh individu atau kelompok (Arikunto, 1998: 29).
Dengan demikian, tes adalah sekumpulan butir yang merupakan
sampel dari populasi butir mengukur perilaku tertentu baik berupa keterampilan,
pengetahuan, kecerdasan, bakat dan sebagainya dimana dalam penyelenggaraannya
siswa didorong untuk memberikan penampilan maksimalnya. Adapun bentuk tes yang
digunakan dilembaga pendidikan dilihat dari sistem penskorannya dapat
dikategorikan menjadi dua, yaitu: a. Tes objektif, bahwa siapa saja yang
memeriksa lembaran jawaban tes akan menghasilkan skor yang sama. Skor tes
ditentukan oleh jawaban yang diberikan oleh peserta tes. b. Tes subjektif,
yaitu tes yang penskorannya dipengaruhi oleh pemberi skor. Jawaban yang sama
akan memiliki nilai yang berbeda oleh pemberi skor yang berlainan.
2.
Pengukuran
Menurut Cangelosi (1995) yang dimaksud dengan pengukuran
(Measurement) adalah suatu proses pengumpulan data melalui pengamatan
empiris untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan yang telah
ditentukan. Dalam hal ini pendidik menaksir prestasi siswa dengan
membaca atau mengamati apa saja yang dilakukan siswa, mengamati kinerja mereka,
mendengar apa yang mereka katakan, dan menggunakan indera mereka seperti
melihat, mendengar, menyentuh, mencium, dan merasakan. Pengukuran memiliki dua
karakteristik utama yaitu:
1) penggunaan angka atau skala tertentu;
2) menurut suatu aturan atau formula tertentu.
Pengukuran (Measurement) merupakan proses yang
mendeskripsikan performance siswa dengan menggunakan suatu skala kuantitatif
(sistem angka) sedemikian rupa sehingga sifat kualitatif dari performance
siswa tersebut dinyatakan dengan angka-angka. Pernyataan tersebut diperkuat
dengan pendapat yang menyatakan bahwa pengukuran merupakan pemberian angka
terhadap suatu atribut atau karakter tertentu yang dimiliki oleh seseorang,
atau suatu obyek tertentu yang mengacu pada aturan
dan formulasi yang jelas. Dengan
demikian, pengukuran dalam bidang pendidikan berarti mengukur atribut
atau karakteristik peserta didik tertentu.
Dengan demikian, pengukuran adalah membandingkan
sesuatu dengan sesuatu yang lain yang dianggap sebagai patokan. Jadi, dalam
pengukuran terdapat dua faktor utama yaitu perbandingan dan patokan (standar).
3.
Penilaian
Menurut Firman (2000:15), penilaian merupakan proses
penentuan informasi yang dilakukan serta penggunaan informasi tersebut untuk
melakukan pertimbangan sebelum keputusan. Suatu proses untuk mengambil keputusan
dengan menggunakan informasi yang
diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik menggunakan tes dan non tes. Penilaian (assessment) adalah
penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh
informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian
kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan
tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik. Hasil
penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata)
dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses
pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut.
Penilaian hasil belajar pada dasarnya adalah
mempermasalahkan, bagaimana pengajar (guru) dapat mengetahui hasil pembelajaran
yang telah dilakukan. Pengajar harus mengetahui sejauh mana pebelajar (learner)
telah mengerti bahanyang telah diajarkan atau sejauh mana tujuan/kompetensi
dari kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat dicapai. Tingkat pencapaian
kompetensi atau tujuan instruksional dari kegiatan pembelajaran yang telah
dilaksanakan itu dapat dinyatakan dengan nilai.
Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil
atau prestasi belajar seorang peserta didik. Hasil penilaian dapat berupa nilai
kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa
angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai
kuantitatif tersebut. Pada dasarnya, penilaian hasil belajar adalah
mempermasalahkan, bagaimana pengajar (guru) dapat mengetahui hasil pembelajaran
yang telah dilakukan. Pengajar harus mengetahui sejauh mana pebelajar (learner)
telah mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh mana tujuan/kompetensi
dari kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat dicapai. Tingkat pencapaian
kompetensi atau tujuan instruksional dari kegiatan pembelajaran yang telah
dilaksanakan itu dapat dinyatakan dengan nilai.
4.
Evaluasi
Evaluasi menurut Firman (2000:18) merupakan penilaian
terhadap data yang dikumpulkan melalui kegiatan asesmen. Sementara itu menurut
Calongesi (1995) evaluasi adalah suatu keputusan tentang nilai berdasarkan
hasil pengukuran.
Calengosi (1995) juga menyatakan bahwa evaluasi dapat
dinyatakan sebagai suatu proses pengambilan keputusan dengan menggunakan
informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik yang
menggunakan instrumen tes maupun non tes.
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa evaluasi adalah
pemberian nilai terhadap kualitas sesuatu. Selain dari itu, evaluasi juga dapat
dipandang sebagai proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi
yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Dengan
demikian, Evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau
membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai
oleh siswa (Purwanto, 2002:55).
Arikunto (2003:2) mengungkapkan bahwa evaluasi adalah
serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk mengukur keberhasilan program
pendidikan.
Purwanto (2002:58) dalam hal ini lebih meninjau pengertian
evaluasi program dalam konteks tujuan yaitu sebagai proses menilai sampai
sejauhmana tujuan pendidikan dapat dicapai.
Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa
evaluasi merupakan proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan,
mendeskripsikan, menginterpretasikan, dan menyajikan informasi tentang suatu
program untuk dapat digunakan sebagai dasar membuat keputusan, menyusun
kebijakan maupun menyusun program selanjutnya.
5.
Assesment
Istilah asesmen (assessment)
diartikan oleh Stiggins (1994) sebagai penilaian proses, kemajuan, dan hasil
belajar siswa (outcomes).
Kumano (2001) menyatakan bahwa
assesment sebagai “The process of collengting data which shows the development
of learning”.
Wiggins (1984) menyatakan bahwa
asesmen merupakan sarana yang secara kronologis membantu guru dalam memonitor
siswa.
Popham (1995) menyatakan bahwa
asesmen sudah seharusnya merupakan bagian dari pembelajaran, bukan merupakan
hal yang terpisahkan.
Resnick (1985) menyatakan bahwa
asesmen menitikberatkan penilaian pada proses belajar siswa. Berkaitan dengan
hal tersebut, Marzano et al. (1994) menyatakan bahwa dalam mengungkap konsep
yang telah dicapai, akan tetapi juga tentang proses perkembangan bagaimana
suatu konsep tersebut diperoleh. Dalam hal ini asesmen tidak hanya dapat
menilai hasil dan proses belajar siswa, akan tetapi juga kemajuan belajarnya.
Gabel (1993:388-390) mengkategorikan
asesmen kedalam dua kelompok besar, yaitu asesmen tradisional dan asesmen
alternatif. Adapun asesmen yang tergolong tradisional adalah tes benar-salah,
tes pilihan ganda, tes melengkapi, dan tes jawaban terbatas. Sementara itu,
yang tergolong kedalam asesmen alternatif (non-tes) adalah essay/uraian,
penilaian praktek, penilaian proyek, kuesioner, inventori, daftar Cek,
penilaian oleh teman sebaya/sejawat, penilaian diri (self assessment),
pertofolio, observasi, diskusi dan interviu (wawancara).
Dengan demikian, maka dapat
disimpulkan bahwa asesmen merupakan istilah yang tepat untuk penilaian proses
belajar siswa. Namun, meskipun proses belajar siswa merupakan hal penting yang
dinilai dalam asesmen, faktor hasil belajar juga tetap tidak dikesampingkan.
Oleh karena itu, asesmen tidak hanya dapat menilai hasil dan proses belajar
siswa saja akan tetapi juga kemajuan belajar siswa.
Karakteristik Instrumen (Assessment)
Instrumen evaluasi belajar hendaknya memenuhi syarat sebelum
digunakan untuk mengevaluasi atau mengadakan penilaian agar terhindar dari
kesalahan dan hasil yang tidak valid (tidak sesuai dengan kenyataan
sebenarnya). Alat evaluasi yang kurang baik dapat mengakibatkan hasil penilaian
menjadi tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Jika terjadi demikian
perlu ditanyakan persyaratan instrumen yang digunakan menilai sudah sesuai
dengan kaidah-kaidah penyusunan instrumen. (Arikunto, 2002)
Instrumen evaluasi yang baik memiliki ciri-ciri dan harus
memenuhi beberapa kaidah antara lain:
1.
Validitas
Sebuah alat pengukur dikatakan valid apabila alat pengukur
tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur secara tepat. Demikian pula
dalam alat-alat evaluasi. Suatu tes dikatakan memiliki validitas yang tinggi
apabila tes tersebut betul-betul dapat mengukur hasil belajar. Beberapa macam
kriteria validitas, yaitu:
a) Validitas isi
(Content validity)
pengujian jenis validitas ini dilakukan secara logis dan
rasional karena itu disebut juga rational validity atau logical validity.
Batasan konten validity ini menggambarkan sejauh mana tes mampu mengukur materi
yang telah diberikan. Dengan demikian suatu tes hasil belajar disebut memiliki
validitas tinggi secara konten, bila tes tersebut sudah dapat mengukur sampel
yang representatif dari materi pelajaran yang diberikan dan perubahan-perubahan
perilaku yang diharapkan terjadi pada siswa.
b) Validitas ramalan (predictive validity)
Validitas ramalan artinya ketepatan suatu alat pengukur
ditinjau dari kemampuan tes tersebut untuk meramalkan prestasi yang dicapainya
kemudian. Suatu tes hasil belajar dapat dikatakan mempunyai validitas ramalan
yang tinggi, apabila hasil belajar yang dicapai oleh siswa dalam tes tersebut
betul-betul meramalkan sukses tidaknya siswa dalam pelajaran-pelajaran yang
akan dating. Cara yang digunakan untuk mengukur tinggi rendahnya validitas
ramalan adalah dengan mencari korelasi antara nilai-nilai yang dicapai oleh
siswa dalam tes tersebut dengan nilai-nilai yang dicapai kemudian.
c) Validitas bandingan (Concurent validity)
kejituan suatu tes dilihat dari korelasinya terhadap
kecakapan yang telah dimiliki saat ini secara riil. Cara yang digunakan untuk
menilai validitas bandingan iangan dengan mengkorelasikan hasil-hasil yang
dicapai dalam tes tersebut dengan hasilhasil yang dicapai dalam tes sejenis
yang telah diketahui mempunyai validitas yang tinggi (misalnya tes standar).
d) Validitas konstruk (Constuct validity)
Yaitu ketepatan suautu tes ditinjau dari susunan tes tersebut. Misalnya kalau kita ingin memberikan tes kecakapan ilmu
pasti, kita harus membuat soal yang ringkas dan jelas yang benar-benar akan mengukur
kecakapan ilmu pasti, bukan mengukur kemampuan bahasa karena soal itu ditulis
secara berkepanjangan dengan bahasa yang sulit dimengerti.
2.
Reliabilitas
Reliabilitas suatu tes menunjukan atau merupakan sederajat
ketetapan, keterandalan atau kemantapan (the level of consistency) tes yang
bersangkutan dalam mendapatkan data (skor) yang dicapai seseorang, apabila tes
tersebut diberikan kepadanya pada kesempatan (waktu) yang berbeda., atau dengan
tes yang pararel (eukivalen) pada waktu yang sama. Atau dengan kata lain sebuah
tes dikatakan reliabel apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukan ketetapan,
keajegan, atau konsisten. Artinya, jika kepada para siswa diberikan tes yang
sama pada waktu yang berlainan, maka setiap siswa akan tetap berada dalam urutan
(ranking) yang sama dalam kelompoknya.
3.
Objektivitas
Hal ini terutama pada sistem skoringnya, apabila dikaitkan
dengan reliabilitas maka obyektivitas menekankan ketetapan pada sistem skoring,
sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes. Ada dua faktor
yang mempengaruhi subjektivitas dari sesuatu tes yaitu bentuk tes dan
penilaian.
4.
Praktibilitas
Sebuah tes dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi
apabila tes itu bersifat praktis, mudah untuk pengadministrasiannya. Tes yang praktis
adalah tes yang:
a.
Mudah
dilaksanakannya; misalnya tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi
kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu bagian yang dianggap
mudah oleh siswa.
b.
Mudah
memeriksanya artinya bahwa tes itu dilengkapi dengan kunci jawaban maupun
pedoman skoringnya. Untuk soal yang obyektif, pemeriksaan akan lebih mudah
dilakukan jika dikerjakan oleh siswa dalam lembar jawaban.
c.
Dilengkapi
dengan petunjuk-petunjuk yang jelas sehingga dapat diberikan/ diawali oleh
orang lain
5. Ekonomis
Yang dimaksud dengan ekonomis ialah bahwa pelaksanaan tes
tersebut tidak membutuhkan ongkos/biaya yang mahal, tenaga yang banyak dan
waktu yang lama, baik untuk memproduksinya maupun untuk melaksanakan dan
mengolah hasilnya. Dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria tersebut,
sewajarnya dapat dihasilkan alat tes (soal-soal) yang berkualitas yang memenuhi
syarat-syarat dibawah ini :
a) Shahih (valid), yaitu mengukur yang harus diukur, sesuai
dengan tujuan,
b) Relevan, dalam arti yang diuji sesuai dengan tujuan yang
diinginkan,
c) Spesifik, soal yang hanya dapat dijawab oleh peserta
didik yang betul-betul
belajar dengan rajin.
d) Tidak mengandung ketaksaan (tafsiran ganda). harus ada
patokan; tugas ditulis
konkret. Apa yang harus diminta; harus dijawab berapa
lengkap
e) Representatif, soal mewakili materi ajar secara
keseluruhan
f) Seimbang, dalam arti pokok-pokok yang penting diwakili,
dan yang tidak
penting tidak selalu perlu.
2.2 Perbedaan
antara Tes, Pengukuran, Penilaian, Evaluasi, Assesmen
Definisi
|
Proses
|
Hasil
|
|
Tes
|
Alat ukur untuk mengukur kemampuan seseorang
|
Testing
|
Hasil tes atau lembar kerja
|
Pengukuran
|
Proses untuk menentukan kuantitas sesuatu yang
menghasilkan angka.
|
Membandingkan hasil tes dengan standar ukuran
tertentu
|
Angka atau skor
Bersifat kuantitatif
|
Penilaian
|
Mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran
baik atau buruk.
|
Pemberian atribut terhadap hasil pengukuran
|
Deskripsi
Bersifat kualitatif
|
Evaluasi
|
Kegiatan yang meliputi dua unsur yaitu pengukuran dan penilaian.
|
Pengambilan keputusan terhadap hasil penilaian
lulus/tidak
|
Keputusan atau Justifikasi
|
Assesmen
|
Istilah yang tepat untuk penilaian p roses belajar siswa.
|
Proses belajar siswa merupakan hal penting yang
dinilai dalam asesmen, faktor hasil belajar juga tetap tidak dikesampingkan
|
Hasil Proses belajar
|
2.3 Keterkaitan
Tes, Pengukuran, Penilaian, Evaluasi, Assesmen
Tes merupakan
alat ukur untuk mengukur kemampuan seorang individu, kemudian dilakukan proses
untuk mengukur kemampuan individu tersebut yang disebut dengan Testing. Setelah
dilakukan testing maka menghasilkan Hasil tes atau lembar kerja. Kemudian
dilakukan Pengukuran, Pengukuran merupakan proses membandingkan hasil tes
dengan standart ukuran tertentu. Pengukuran bersifat kuantitatif karena hasil
dari perbandingan menghasilkan angka atau skor. Langkah selanjutnya adalah
penilaian, penilaian merupakan proses untuk memberikan atribut atau deskripsi
tinggi atau rendah, baik atau buruk dari hasil pengukuran yang berupa angka
tersebut. Penilaian bersifat kualitatif dikarenakan hasil dari penilaian berupa
deskripsi. Kemudian evaluasi, evaluasi adalah justifikasi atau pengambilan
keputusan atas hasil penilaian, apakah individu tersebut lulus atau tidak, naik
atau tidak.
BAB III
KESIMPULAN
Tes,
Pengukuran, dan Evaluasi merupakan tiga istilah yang berbeda namun saling
berhubungan. Banyak orang tidak mengetahui secara jelas perbedaan dan hubungan
di antara ketiganya, sehingga istilah tersebut sering tidak tepat
penggunaannya. Evaluasi, Kegiatan identifikasi untuk
melihat apakah suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum,
berharga atau tidak, dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi
pelaksanaannya. Evaluasi berhubungan dengan keputusan nilai (value judgement). Pengukuran (measurement), Proses
pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan
dimana seorang siswa telah mencapai karakteristik tertentu. Hasil Pengukuran
berhubungan dengan proses pencarian atau penetuan nilai kuantitatif. Tes, Cara
penilaian yang dirancang dan dilaksanakan kepada siswa pada waktu dan tempat
tertentu serta dalam kondisi yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang jelas. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi
belajar seorang peserta didik. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif
(pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Asesmen adalah proses mengumpulkan informasi dan
membuat keputusan berdasarkan informasi itu asesmen
merupakan istilah yang tepat untuk penilaian proses belajar siswa. Namun,
meskipun proses belajar siswa merupakan hal penting yang dinilai dalam asesmen,
faktor hasil belajar juga tetap tidak dikesampingkan. Oleh karena itu, asesmen
tidak hanya dapat menilai hasil dan proses belajar siswa saja akan tetapi juga
kemajuan belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.tt.Pengertian Pengukuran,
Penialian dan Evaluasi.http://digilib.unila.ac.id/1040/8/BAB%20II.pdf. diakses pada tanggal 23 Agustus 2016
Siahaan,P.tt.Pengertian Dasar Evaluasi Penukuran
Penilaian, Tes, Assesment.http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/195803011980021_PARSAORAN_SIAHAAN/Presentasi_Kuliah/Pengertian_dasar_Evaluasi_dll-DOMAIN_BELAJAR.pdf. diakses pada tanggal 23 Agustus 2016
Solikan.2011.Pengukuran dan
Hubungan Tes, Penilian dan Evaluasi.http://skp.unair.ac.id/repository/Guru-Indonesia
/PENGERTIAN DAN HUBUN_Solikan_16692.pdf. diakses pada tanggal 23 Agustus 2016
Sugiyatno.tt.Materi_Evaluasi.http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/sugiyatno-mpd/materi-kuliah-evaluasi-bk-2.pdf. diakses pada tanggal 23 Agustus 2016
Wulan,R.tt.Pengertian
dan Esensi Konsep Evaluasi, Assesmen, Tes dan Pengukuran.file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN_IPA/.../pengertianasesmen.pdf.diakses pada
tanggal 23 Agustus 2016
thx
BalasHapus