EVALUATION LEARNING PROCESS AND ACHIEVEMENT

“Konsep Tes, Pengukuran, Penilaian, Evaluasi Dan Assesmen”

images.jpg

Oleh:
Gusliani (RSA1C414016)

Dosen Pengampu:
Dr. Dra. Asni Johari, M.Si



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2017


KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “Konsep Dasar, Tes, Pengukuran, Penilaian, Evaluasi dan Assesmen” ini dengan sebaik-baiknya, dalam makalah ini penulis akan membahas bagaimana konsep dasar Tes, Pengukuran, Penilaian, Evaluasi dan Assesmen yang memiliki karakteristik yang berbeda namun saling berkaitan.
Makalah ini di buat untuk memberikan wawasan kepada pembaca mengenai bagaimana konsep Tes, Pengukuran, Penilaian, Evaluasi dan Assesmen, mulai dari definisi dari tiap istilah, adanya beberapa perbedaan dari masing-masing istilah berdasarkan karakteristik nya serta adanya keterkaitan antara tes, pengukuran, penilaian, evaluasi dan juga assesmen dalam menunjang penilaian hasil belajar peserta didik.
Penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak, sehingga tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1.      dosen pembimbing Ibu Dr. Dra. Asni Johari, M.Si yang telah membimbing penulis dalam penulisan makalah ini.
2.      orang tua  yang telah memberikan dukungan baik secara formil maupun materil.
3.      Pihak-pihak tertentu baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis  sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menulis makalah ini, namun penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih ada kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sehingga dapat menulis makalah yang lebih baik lagi.
Terimakasih atas perhatian pembaca.
Jambi,  Agustus 2016

                                                                  Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB 1.PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang Penulisan Makalah   1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penulisan 2

BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Konsep Tes, Pengukuran, Penilaian, Evaluasi, Assesmen 3
2.2 Perbedaan antara Tes, Pengukuran, Penilaian, Evaluasi, Assesmen 12
2.2 Keterkaitan Tes, Pengukuran, Penilaian, Evaluasi, Assesmen 13

BAB 3 KESIMPULAN 15

Daftar Pustaka

  


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dunia pendidikan sering sekali digunakan istilah pengukuran, penilaian, evaluasi, dan assesmen untuk mengetahui hasil pembelajaran.banayak yanag menganggap pengukuran, penilaian ,evaluasi dan asesmen merupakan hal yang sama atau hanya sinonim atau sama yang lainnya.namun dalam kenytaanya pengukuran,penilaian ,evaluasi dan asesmen memiliki konsep yang berbeda dan masing-masing memiliki karakteristik tersendiri.walaupun,pengukuran,penilaian ,evaluasi dan asesmen memiliki konsep dan karakteristik yang berbeda, namun keempatnya saling berhubungan dalam proses penentuan hasil pembelajaran.
Tes, Pengukuran, Evaluasi, penialaian dan assesment merupakan istilah yang berbeda namun saling berhubungan. Banyak orang tidak mengetahui secara jelas perbedaan dan hubungan di antara ketiganya, sehingga istilah tersebut sering tidak tepat penggunaannya. Pengukuran, penilaian, assesment, evaluasi, dan tes merupakan istilah-istilah yang bersifat hierarki. Evaluasi didahului dengan penilaian (assesment), sedangkan penilaian didahului oleh pengukuran. Dengan demikian, antara pengukuran, penilaian, assesment, evaluasi, dan tes saling berkaitan erat satu dengan lainnya

Oleh karena itu, penulis menuangkan beberapa konsep dasar dari tes, pengukuran, penilaian, evaluasi dan assesmen untuk memperluas wawasan serta pengetahuan mengenai definisi dari masing-masing istilah yang memiliki kriteria, karakteristik yang berbeda namun akan saling memiliki keterkaitan dan akan memberikan manfaat dari berbagai pihak mulai dari peserta didik, guru serta pihak sekolah yang memiliki prioritas utama dalam memberikan hasil penialaian yang baik pada peserta didik serta menunjang keberhasilan dalam dunia pendidikan.


1.2 Rumusan Masalah
1.      Bagaimana konsep dari tes, pengukuran, penilaian, evaluasi dan assesmen?
2.      Apa perbedaan antara tes, pengukuran, penilaian, evaluasi dan assesmen?
3.      Bagaimana keterkaitan antara tes, pengukuran, penilaian, evaluasi dan assesmen?

1.3 Tujuan Penulisan
1.      Memahami Konsep dari tes, pengukuran, penilaian, evaluasi dan assesmen
2.      Memahami perbedaan antara tes, pengukuran, penilaian, evaluasi dan assesmen
3.      Menjelaskan bagaimana keterkaitan antara tes, pengukuran, penilaian, evaluasi dan assesmen












BAB II
ISI
2.1 Konsep Tes, Pengukuran, Penilaian, Evaluasi, Assesmen
1.      Tes
Instrumen atau alat yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang individu atau objek. Sebagai alat pengumpul informasi atau data, tes harus dirancang secara khusus. Kekhususan tes terlihat dari bentuk soal tes yang digunakan, jenis pertanyaan, rumusan pertanyaan yang diberikan, dan pola jawabannya harus dirancang menurut kriteia yang telah ditetapkan. Demikian juga waktu yang disediakan untuk menjawab pertanyaan serta pengadministrasian tes juga dirancang secara khusus. Selain itu aspek yang diteskanpun terbatas. Biasanya meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Kekhususan-kekhususan tersebut berbeda antara satu tes dengan tes yang lain. Tes ini dapat berupa pertanyaan tertulis, wawancara, pengamatan tenta ng unjuk kerja fisik, checklist, dan lain-lain.

Menurut Djemari (2008:67) menyatakan bahwa tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respons seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan.

Menurut Webster’s Collegiate, tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensia, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 1998: 29).

Dengan demikian, tes adalah sekumpulan butir yang merupakan sampel dari populasi butir mengukur perilaku tertentu baik berupa keterampilan, pengetahuan, kecerdasan, bakat dan sebagainya dimana dalam penyelenggaraannya siswa didorong untuk memberikan penampilan maksimalnya. Adapun bentuk tes yang digunakan dilembaga pendidikan dilihat dari sistem penskorannya dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu: a. Tes objektif, bahwa siapa saja yang memeriksa lembaran jawaban tes akan menghasilkan skor yang sama. Skor tes ditentukan oleh jawaban yang diberikan oleh peserta tes. b. Tes subjektif, yaitu tes yang penskorannya dipengaruhi oleh pemberi skor. Jawaban yang sama akan memiliki nilai yang berbeda oleh pemberi skor yang berlainan.


2.      Pengukuran
Menurut Cangelosi (1995) yang dimaksud dengan pengukuran (Measurement)  adalah suatu proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris untuk  mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan yang telah ditentukan.  Dalam hal ini pendidik menaksir prestasi siswa dengan membaca atau mengamati  apa saja yang dilakukan siswa, mengamati kinerja mereka, mendengar apa yang  mereka katakan, dan menggunakan indera mereka seperti melihat, mendengar,  menyentuh, mencium, dan merasakan. Pengukuran memiliki dua karakteristik  utama yaitu:
1) penggunaan angka atau skala tertentu;
2) menurut suatu aturan  atau formula tertentu.
Pengukuran (Measurement) merupakan proses yang mendeskripsikan  performance siswa dengan menggunakan suatu skala kuantitatif (sistem angka)  sedemikian rupa sehingga sifat kualitatif dari performance siswa tersebut  dinyatakan dengan angka-angka. Pernyataan tersebut diperkuat dengan pendapat  yang menyatakan bahwa pengukuran merupakan pemberian angka terhadap suatu  atribut atau karakter tertentu yang dimiliki oleh seseorang, atau suatu obyek  tertentu yang mengacu pada aturan dan formulasi yang jelas. Dengan demikian,  pengukuran dalam bidang pendidikan berarti mengukur atribut atau karakteristik  peserta didik tertentu.
Dengan demikian, pengukuran adalah membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain yang dianggap sebagai patokan. Jadi, dalam pengukuran terdapat dua faktor utama yaitu perbandingan dan patokan (standar).


3. Penilaian
Menurut Firman (2000:15), penilaian merupakan proses penentuan informasi yang  dilakukan serta penggunaan informasi tersebut untuk melakukan pertimbangan  sebelum keputusan. Suatu proses untuk mengambil keputusan dengan  menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik  menggunakan tes dan non tes. Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai  cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang  sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut.
Penilaian hasil belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan, bagaimana pengajar (guru) dapat mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Pengajar harus mengetahui sejauh mana pebelajar (learner) telah mengerti bahanyang telah diajarkan atau sejauh mana tujuan/kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat dicapai. Tingkat pencapaian kompetensi atau tujuan instruksional dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan itu dapat dinyatakan dengan nilai.
Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut. Pada dasarnya, penilaian hasil belajar adalah mempermasalahkan, bagaimana pengajar (guru) dapat mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Pengajar harus mengetahui sejauh mana pebelajar (learner) telah mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh mana tujuan/kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat dicapai. Tingkat pencapaian kompetensi atau tujuan instruksional dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan itu dapat dinyatakan dengan nilai.
4. Evaluasi
Evaluasi menurut Firman (2000:18) merupakan penilaian terhadap data yang dikumpulkan melalui kegiatan asesmen. Sementara itu menurut Calongesi (1995) evaluasi adalah suatu keputusan tentang nilai berdasarkan hasil pengukuran.
Calengosi (1995) juga menyatakan bahwa evaluasi dapat dinyatakan sebagai suatu proses pengambilan keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan instrumen tes maupun non tes.
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa evaluasi adalah pemberian nilai terhadap kualitas sesuatu. Selain dari itu, evaluasi juga dapat dipandang sebagai proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Dengan demikian, Evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa (Purwanto, 2002:55).
Arikunto (2003:2) mengungkapkan bahwa evaluasi adalah serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk mengukur keberhasilan program pendidikan.
Purwanto (2002:58) dalam hal ini lebih meninjau pengertian evaluasi program dalam konteks tujuan yaitu sebagai proses menilai sampai sejauhmana tujuan pendidikan dapat dicapai.
Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa evaluasi merupakan proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan, mendeskripsikan, menginterpretasikan, dan menyajikan informasi tentang suatu program untuk dapat digunakan sebagai dasar membuat keputusan, menyusun kebijakan maupun menyusun program selanjutnya.



5. Assesment
Istilah asesmen (assessment) diartikan oleh Stiggins (1994) sebagai penilaian proses, kemajuan, dan hasil belajar siswa (outcomes).
Kumano (2001) menyatakan bahwa assesment sebagai “The process of collengting data which shows the development of learning”.
Wiggins (1984) menyatakan bahwa asesmen merupakan sarana yang secara kronologis membantu guru dalam memonitor siswa.
Popham (1995) menyatakan bahwa asesmen sudah seharusnya merupakan bagian dari pembelajaran, bukan merupakan hal yang terpisahkan.
Resnick (1985) menyatakan bahwa asesmen menitikberatkan penilaian pada proses belajar siswa. Berkaitan dengan hal tersebut, Marzano et al. (1994) menyatakan bahwa dalam mengungkap konsep yang telah dicapai, akan tetapi juga tentang proses perkembangan bagaimana suatu konsep tersebut diperoleh. Dalam hal ini asesmen tidak hanya dapat menilai hasil dan proses belajar siswa, akan tetapi juga kemajuan belajarnya.
Gabel (1993:388-390) mengkategorikan asesmen kedalam dua kelompok besar, yaitu asesmen tradisional dan asesmen alternatif. Adapun asesmen yang tergolong tradisional adalah tes benar-salah, tes pilihan ganda, tes melengkapi, dan tes jawaban terbatas. Sementara itu, yang tergolong kedalam asesmen alternatif (non-tes) adalah essay/uraian, penilaian praktek, penilaian proyek, kuesioner, inventori, daftar Cek, penilaian oleh teman sebaya/sejawat, penilaian diri (self assessment), pertofolio, observasi, diskusi dan interviu (wawancara).
Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa asesmen merupakan istilah yang tepat untuk penilaian proses belajar siswa. Namun, meskipun proses belajar siswa merupakan hal penting yang dinilai dalam asesmen, faktor hasil belajar juga tetap tidak dikesampingkan. Oleh karena itu, asesmen tidak hanya dapat menilai hasil dan proses belajar siswa saja akan tetapi juga kemajuan belajar siswa.

Karakteristik Instrumen (Assessment)
Instrumen evaluasi belajar hendaknya memenuhi syarat sebelum digunakan untuk mengevaluasi atau mengadakan penilaian agar terhindar dari kesalahan dan hasil yang tidak valid (tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya). Alat evaluasi yang kurang baik dapat mengakibatkan hasil penilaian menjadi tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Jika terjadi demikian perlu ditanyakan persyaratan instrumen yang digunakan menilai sudah sesuai dengan kaidah-kaidah penyusunan instrumen. (Arikunto, 2002)
Instrumen evaluasi yang baik memiliki ciri-ciri dan harus memenuhi beberapa kaidah antara lain:
1.  Validitas
Sebuah alat pengukur dikatakan valid apabila alat pengukur tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur secara tepat. Demikian pula dalam alat-alat evaluasi. Suatu tes dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila tes tersebut betul-betul dapat mengukur hasil belajar. Beberapa macam kriteria validitas, yaitu:
a)  Validitas isi (Content validity)
pengujian jenis validitas ini dilakukan secara logis dan rasional karena itu disebut juga rational validity atau logical validity. Batasan konten validity ini menggambarkan sejauh mana tes mampu mengukur materi yang telah diberikan. Dengan demikian suatu tes hasil belajar disebut memiliki validitas tinggi secara konten, bila tes tersebut sudah dapat mengukur sampel yang representatif dari materi pelajaran yang diberikan dan perubahan-perubahan perilaku yang diharapkan terjadi pada siswa.
b) Validitas ramalan (predictive validity)
Validitas ramalan artinya ketepatan suatu alat pengukur ditinjau dari kemampuan tes tersebut untuk meramalkan prestasi yang dicapainya kemudian. Suatu tes hasil belajar dapat dikatakan mempunyai validitas ramalan yang tinggi, apabila hasil belajar yang dicapai oleh siswa dalam tes tersebut betul-betul meramalkan sukses tidaknya siswa dalam pelajaran-pelajaran yang akan dating. Cara yang digunakan untuk mengukur tinggi rendahnya validitas ramalan adalah dengan mencari korelasi antara nilai-nilai yang dicapai oleh siswa dalam tes tersebut dengan nilai-nilai yang dicapai kemudian.
c) Validitas bandingan (Concurent validity)
kejituan suatu tes dilihat dari korelasinya terhadap kecakapan yang telah dimiliki saat ini secara riil. Cara yang digunakan untuk menilai validitas bandingan iangan dengan mengkorelasikan hasil-hasil yang dicapai dalam tes tersebut dengan hasilhasil yang dicapai dalam tes sejenis yang telah diketahui mempunyai validitas yang tinggi (misalnya tes standar).
d) Validitas konstruk (Constuct validity)
Yaitu ketepatan suautu tes ditinjau dari susunan tes tersebut. Misalnya kalau kita ingin memberikan tes kecakapan ilmu pasti, kita harus membuat soal yang ringkas dan jelas yang benar-benar akan mengukur kecakapan ilmu pasti, bukan mengukur kemampuan bahasa karena soal itu ditulis secara berkepanjangan dengan bahasa yang sulit dimengerti.
2.  Reliabilitas
Reliabilitas suatu tes menunjukan atau merupakan sederajat ketetapan, keterandalan atau kemantapan (the level of consistency) tes yang bersangkutan dalam mendapatkan data (skor) yang dicapai seseorang, apabila tes tersebut diberikan kepadanya pada kesempatan (waktu) yang berbeda., atau dengan tes yang pararel (eukivalen) pada waktu yang sama. Atau dengan kata lain sebuah tes dikatakan reliabel apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukan ketetapan, keajegan, atau konsisten. Artinya, jika kepada para siswa diberikan tes yang sama pada waktu yang berlainan, maka setiap siswa akan tetap berada dalam urutan (ranking) yang sama dalam kelompoknya.

3.  Objektivitas
Hal ini terutama pada sistem skoringnya, apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka obyektivitas menekankan ketetapan pada sistem skoring, sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes. Ada dua faktor yang mempengaruhi subjektivitas dari sesuatu tes yaitu bentuk tes dan penilaian.
4.  Praktibilitas
Sebuah tes dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila tes itu bersifat praktis, mudah untuk pengadministrasiannya. Tes yang praktis adalah tes yang:
a.       Mudah dilaksanakannya; misalnya tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu bagian yang dianggap mudah oleh siswa.
b.      Mudah memeriksanya artinya bahwa tes itu dilengkapi dengan kunci jawaban maupun pedoman skoringnya. Untuk soal yang obyektif, pemeriksaan akan lebih mudah dilakukan jika dikerjakan oleh siswa dalam lembar jawaban.
c.       Dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas sehingga dapat diberikan/ diawali oleh orang lain
5. Ekonomis
Yang dimaksud dengan ekonomis ialah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan ongkos/biaya yang mahal, tenaga yang banyak dan waktu yang lama, baik untuk memproduksinya maupun untuk melaksanakan dan mengolah hasilnya. Dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria tersebut, sewajarnya dapat dihasilkan alat tes (soal-soal) yang berkualitas yang memenuhi syarat-syarat dibawah ini :
a) Shahih (valid), yaitu mengukur yang harus diukur, sesuai dengan tujuan,
b) Relevan, dalam arti yang diuji sesuai dengan tujuan yang diinginkan,
c) Spesifik, soal yang hanya dapat dijawab oleh peserta didik yang betul-betul
    belajar dengan rajin.
d) Tidak mengandung ketaksaan (tafsiran ganda). harus ada patokan; tugas ditulis
    konkret. Apa yang harus diminta; harus dijawab berapa lengkap
e) Representatif, soal mewakili materi ajar secara keseluruhan
f) Seimbang, dalam arti pokok-pokok yang penting diwakili, dan yang tidak
     penting tidak selalu perlu.
















2.2 Perbedaan antara Tes, Pengukuran, Penilaian, Evaluasi, Assesmen


Definisi
Proses
Hasil
Tes
Alat ukur untuk mengukur kemampuan seseorang
Testing
Hasil tes atau lembar kerja
Pengukuran
Proses untuk menentukan kuantitas sesuatu yang menghasilkan angka.
Membandingkan hasil tes dengan standar ukuran tertentu
Angka atau skor
Bersifat kuantitatif
Penilaian
Mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik atau buruk.
Pemberian atribut terhadap hasil pengukuran
Deskripsi
Bersifat kualitatif
Evaluasi
Kegiatan yang meliputi dua unsur yaitu pengukuran dan penilaian.
Pengambilan keputusan terhadap hasil penilaian lulus/tidak
Keputusan atau Justifikasi
Assesmen
Istilah yang tepat untuk penilaian p roses belajar siswa.
Proses belajar siswa merupakan hal penting yang dinilai dalam asesmen, faktor hasil belajar juga tetap tidak dikesampingkan
Hasil Proses belajar








2.3 Keterkaitan Tes, Pengukuran, Penilaian, Evaluasi, Assesmen
Tes merupakan alat ukur untuk mengukur kemampuan seorang individu, kemudian dilakukan proses untuk mengukur kemampuan individu tersebut yang disebut dengan Testing. Setelah dilakukan testing maka menghasilkan Hasil tes atau lembar kerja. Kemudian dilakukan Pengukuran, Pengukuran merupakan proses membandingkan hasil tes dengan standart ukuran tertentu. Pengukuran bersifat kuantitatif karena hasil dari perbandingan menghasilkan angka atau skor. Langkah selanjutnya adalah penilaian, penilaian merupakan proses untuk memberikan atribut atau deskripsi tinggi atau rendah, baik atau buruk dari hasil pengukuran yang berupa angka tersebut. Penilaian bersifat kualitatif dikarenakan hasil dari penilaian berupa deskripsi. Kemudian evaluasi, evaluasi adalah justifikasi atau pengambilan keputusan atas hasil penilaian, apakah individu tersebut lulus atau tidak, naik atau tidak.









BAB III
KESIMPULAN

Tes, Pengukuran, dan Evaluasi merupakan tiga istilah yang berbeda namun saling berhubungan. Banyak orang tidak mengetahui secara jelas perbedaan dan hubungan di antara ketiganya, sehingga istilah tersebut sering tidak tepat penggunaannya. Evaluasi, Kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Evaluasi berhubungan dengan keputusan nilai (value judgement). Pengukuran (measurement), Proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan dimana seorang siswa telah mencapai karakteristik tertentu. Hasil Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penetuan nilai kuantitatif. Tes, Cara penilaian yang dirancang dan dilaksanakan kepada siswa pada waktu dan tempat tertentu serta dalam kondisi yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang jelas. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka).   Asesmen adalah proses mengumpulkan informasi dan membuat keputusan berdasarkan informasi itu asesmen merupakan istilah yang tepat untuk penilaian proses belajar siswa. Namun, meskipun proses belajar siswa merupakan hal penting yang dinilai dalam asesmen, faktor hasil belajar juga tetap tidak dikesampingkan. Oleh karena itu, asesmen tidak hanya dapat menilai hasil dan proses belajar siswa saja akan tetapi juga kemajuan belajar siswa.






DAFTAR PUSTAKA
Anonim.tt.Pengertian Pengukuran, Penialian dan Evaluasi.http://digilib.unila.ac.id/1040/8/BAB%20II.pdf. diakses pada tanggal 23 Agustus 2016
Siahaan,P.tt.Pengertian Dasar Evaluasi Penukuran Penilaian, Tes, Assesment.http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/195803011980021_PARSAORAN_SIAHAAN/Presentasi_Kuliah/Pengertian_dasar_Evaluasi_dll-DOMAIN_BELAJAR.pdf. diakses pada tanggal 23 Agustus 2016
Solikan.2011.Pengukuran dan Hubungan Tes, Penilian dan Evaluasi.http://skp.unair.ac.id/repository/Guru-Indonesia /PENGERTIAN DAN HUBUN_Solikan_16692.pdf. diakses pada tanggal 23 Agustus 2016
Sugiyatno.tt.Materi_Evaluasi.http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/sugiyatno-mpd/materi-kuliah-evaluasi-bk-2.pdf. diakses pada tanggal 23 Agustus 2016
Wulan,R.tt.Pengertian dan Esensi Konsep Evaluasi, Assesmen, Tes dan Pengukuran.file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN_IPA/.../pengertianasesmen.pdf.diakses pada tanggal 23 Agustus 2016

v



Komentar

Posting Komentar